Pakar sebut kejadian TTS akibat vaksin perlu dikaji lebih dalam
Vaksinasi adalah salah satu langkah penting dalam upaya pencegahan penyakit. Namun, belakangan ini muncul kekhawatiran terkait kejadian tidak terduga setelah pemberian vaksin. Salah satunya adalah kejadian TTS (Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome) yang dikaitkan dengan vaksin COVID-19.
TTS adalah kondisi langka yang ditandai dengan pembekuan darah yang tidak normal di dalam tubuh, disertai dengan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Beberapa negara telah melaporkan adanya kasus TTS setelah pemberian vaksin COVID-19 yang menggunakan teknologi vektor adenovirus, seperti vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson.
Ketua Komite Penasihat Imunisasi Indonesia (KPNI), Prof. Dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, menegaskan pentingnya kajian lebih dalam terkait kejadian TTS akibat vaksin. Menurutnya, meskipun kasus TTS setelah vaksinasi COVID-19 sangat langka, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme terjadinya kondisi ini dan menemukan cara penanganan yang tepat.
Pakar imunisasi dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. Dirga Sakti Rambe, juga menekankan pentingnya transparansi informasi terkait kejadian TTS dan vaksin COVID-19. Menurutnya, masyarakat perlu diberikan pemahaman yang jelas mengenai risiko dan manfaat vaksinasi, sehingga dapat membuat keputusan yang bijak terkait penerimaan vaksin.
Selain itu, Prof. Dirga juga menyarankan agar pemerintah terus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efek samping vaksin COVID-19, termasuk kasus TTS. Hal ini penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas vaksin bagi masyarakat.
Dalam menghadapi kejadian TTS akibat vaksin, kolaborasi antara pemerintah, ahli kesehatan, dan masyarakat sangat diperlukan. Edukasi yang tepat dan penelitian yang mendalam menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi dan memastikan keberlanjutan upaya pencegahan penyakit.